Diposkan pada Korean Movies Review 🇰🇷

KIM JI-YOUNG, BORN 1982

Judul: Kim JiYoung, Born 1982

Genre: Psychological, Family

Jumlah Episodes: 1 

Broadcast period: 2019

Durasi: 1 jam 58 menit

Bahasa/Subtitle: Korea/English/Indonesia

Sutradara / penulis: Kim Do Young / Cho Nam-Ju

Pemeran Utama:

Gong Yoo (Jung Dae-Hyun)

Jung Yu-mi (Kim Ji-Young)

Film ini tayang tahun lalu, trus kenapa masih aku tulis? Aku mereview film dan novel bukan berdasarkan siapa cepat dia dapat yah, pertama aku menulis untuk diriku sendiri karena ini pada dasarnya blog pribadi, kedua aku bersyukur jika ada yang membaca dan juga menontonnya. Aku hanya akan menulis review film atau novel yang membuatku cukup berkesan dan kupikir ini bisa kurekomendasikan untuk kalian. Yah, kali ini aku bakal bahas film Kim Ji-Young, Born 1982 yang diadaptasi dari novel yang judulnya sama karya Cho Nam-Ju.

Aku belum menikah dan memiliki anak, tapi film ini cukup membuatku sedih dan berpikir tentang itu, tentang ibuku, tentang nenekku yang mungkin saat aku masih kecil mereka sebenarnya mengalami situasi-situasi sulit dalam hidup berumah tangga. Aku hanyalah anak kecil yang mengalami pertumbuhan hingga dewasa dan akan menjadi seorang ibu juga nantinya. Itu yang aku pikirkan saat menontonnya,”apakah ibuku juga diam-diam menangis kerena lelah?”

Ini tentang Kim Ji-Young, ibu rumah tangga berusia sekitar 30 tahun. Dia memiliki putri berusia sekitar 2 tahun. Suaminya baik dan bertanggung jawab, yang aku lihat tipe suami yang sering aku jumpai di sekitarku. Dia yang baik, bertanggung jawab, menyayangi keluarganya dan keinginannya hanya satu,”aku harap istriku tidak perlu bekerja, biar aku saja yang bekerja.” Meskipun begitu suaminya cukup terbilang modern dan tidak terlalu memengang budaya patriarki.

Kim Ji-Young ini bisa dibilang tertekan dengan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Dia merindukan masa-masa di mana dia bertemu dengan teman kantornya dan bekerja. Dia ingin merasakan itu lagi. Dia ingin bekerja. Awalnya suaminya menentangnya karena saat dia ingin bekerja di toko roti, laki-laki memang berpikir itu mungkin akan membuat beban istrinya bertambah banyak. Tapi, apakah dia paham sebenernya apa yang dirasakan oleh istrinya? Kondisi psikisnya, tidak semua suami paham akan hal itu kan?

Hingga pada suatu hari muncul keanehan dari Kim-Ji-Young saat berkunjung ke rumah Ibu mertuanya. Di Korea itu orang yang lebih muda harus melayani saudaranya yang lebih tua, lalu bekerja lebih banyak menyiapkan makanan saat tahun baru atau acara keluarga. Tekanan yang dirasakan Kim Ji-Young mungkin memuncak dan muncul saat dia benar-benar sangat lelah. Dia tiba-tiba berbicara seolah-olah dia ibunya yang protes pada orang tua menantu untuk tidak membuat anaknya seperti pembantu. Setelah itu Kim Ji-Young selalu menjadi orang lain dan berubah-ubah setiap hari mulai petang.

Setelah suaminya mengetahui istrinya seperti itu, dia menyarankan dengan hati-hati supaya istrinya ke Psikolog dan mengizinkan istrinya untuk bekerja lagi, bahkan saat tidak menemukan pengasuh untuk anaknya, Dae-Hyun ini rela mengambil cuti kerja. Yah, dia bener-bener contoh suami yang cukup ideal untuk wanita modern saat ini. Dia bahkan langsung memandikan anaknya sepulang kerja dan mencuci piring di rumahnya saat tahun baru (yang mana ibunya sendiri nyinyir yang seharusnya lelaki tidak perlu melakukan itu, itu tugas istri).

Akhir dari film ini cukup memangkas budaya patriarki yang selama ini tumbuh begitu subur di Korea Selatan. Setelah Kim Ji-Young menjalani pengobatan dan terapi, dia mulai membaik. Dia mulai bekerja kembali dan suaminya mengambil cuti. Ini mengajarkan kita semua untuk memahami satu sama lain, budaya patriarki juga sudah mulai bergeser ke arah yang lebih modern. Film ini sempat bikin ramai dan ditentang di Korea Selatan karena adanya unsur feminis dan kritik sosial terhadap budaya patriarki, sejatinya perempuan harus seperti itu dan laki-laki harus seperti ini. Banyak yang tidak setuju, tapi semoga mereka dan orang-orang yang masih memiliki pikiran kolot mulai terbuka pikirannya, ya! Tidak hanya laki-laki, perempuan juga memiliki mimpi yang ingin mereka gapai. Jangan egois lah Bambank! Minimal contohlah Dae-Hyun! Okey! 😌

Tinggalkan komentar